Bontang (Madrasah) – Forum Pendidik Madrasah Inklusif (FPMI) Kota Bontang, yang diketuai oleh Kepala MAN Bontang, Sugiannoor, S.Pd.I., M.Pd., sukses menggelar sosialisasi pendidikan inklusif di Aula Kemenag Kota Bontang, pada Sabtu (22/02/2025). Acara ini dihadiri oleh 26 peserta undangan, perwakilan dari RA, MI, MTs, dan MA se-Kota Bontang dengan tema “Mewujudkan Madrasah Ramah untuk Semua Anak.”
Sosialisasi ini bertujuan untuk memperkenalkan FPMI sekaligus menyamakan pemahaman tentang pentingnya pendidikan inklusif di madrasah. Pendidikan inklusif menekankan hak setiap anak, termasuk mereka yang berkebutuhan khusus, untuk mendapatkan layanan pendidikan yang setara tanpa diskriminasi.
Kepala Kemenag Kota Bontang, H. Muhammad Hamzah, S.Hi., M.H., dalam sambutannya menekankan bahwa menerima keberagaman adalah bagian dari iman dan tugas mulia seorang pendidik.
“Sebagai orang beriman, kita wajib percaya dengan takdir Allah, termasuk kondisi peserta didik yang memiliki keterbatasan. Tidak boleh ada diskriminasi dalam pendidikan. Sebaliknya, ini harus menjadi ladang amal bagi kita untuk berbuat kebaikan,” tegasnya.
Ketua FPMI Kota Bontang, Sugiannoor, S.Pd.I., M.Pd., menegaskan bahwa madrasah harus menjadi tempat yang nyaman dan ramah bagi semua anak. “Dengan adanya FPMI, kami ingin memberikan pemahaman yang lebih dalam kepada para pendidik agar siap menghadapi tantangan pendidikan inklusif. Tidak hanya teori, tetapi juga praktik nyata di madrasah,” ujarnya.
Komitmen terhadap pendidikan inklusif tidak hanya sebatas sosialisasi. RA dan madrasah di Kota Bontang diharapkan menjadi Unit Layanan Disabilitas (ULD) setelah melalui proses asesmen kelayakan. Program ini bertujuan memastikan kesiapan madrasah dalam menyediakan layanan pendidikan yang lebih aksesibel bagi peserta didik berkebutuhan khusus.
Sebagai bentuk keseriusan, seluruh kepala RA dan madrasah yang hadir telah menandatangani naskah komitmen pendidikan inklusif. Komitmen ini kemudian diucapkan bersama oleh seluruh peserta sebagai bentuk deklarasi dan kesepakatan bersama dalam mengimplementasikan pendidikan inklusif.
Di antara peserta yang hadir, Supiyah, S.Pd., Wakil Kepala Kurikulum MAN Bontang, mengapresiasi kegiatan ini. “Sosialisasi ini sangat membuka wawasan kami sebagai pendidik. Kami semakin memahami bahwa setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang sama tanpa diskriminasi,” ungkapnya.
Sementara itu, Muhaedir, S.Pd., Guru BK, menambahkan bahwa keberlanjutan program ini sangat penting. “Dukungan dan pelatihan seperti ini sangat diperlukan agar guru lebih siap menghadapi tantangan di kelas inklusif. Kami berharap ada pendampingan lebih lanjut untuk memastikan implementasi yang optimal,” katanya.
Ke depan, FPMI bersama Kemenag Kota Bontang akan melakukan asesmen terhadap RA dan madrasah yang berpotensi menjadi Unit Layanan Disabilitas (ULD). Asesmen ini akan mencakup kesiapan infrastruktur, kurikulum, serta kompetensi tenaga pendidik dalam menangani peserta didik berkebutuhan khusus.
Selain itu, FPMI berencana mengadakan pelatihan lanjutan untuk membekali guru dengan keterampilan yang lebih mendalam dalam mengelola kelas inklusif. Pengawas madrasah dan Kasubag TU Kemenag Kota Bontang turut menyatakan dukungan penuh terhadap inisiatif ini.
Dengan adanya langkah konkret ini, diharapkan madrasah di Kota Bontang tidak hanya memahami konsep inklusi, tetapi benar-benar menjadi lingkungan pendidikan yang ramah dan mendukung bagi semua anak, tanpa terkecuali. (lr)